Dua dekade
ke belakang, istilah Public Relations atau humas (hubungan masyarakat)
merupakan sesuatu yang belum begitu familiar, belum dikenal atau masih asing di
telinga publik atau masyarakat. Padahal, perkembangan PR di Indonesia demikian
pesat sehingga bermunculan PR di pemerintahan, perusahaan swasta, BUMN (badan
usaha milik negara), organisasi nirlaba, atau lembaga swadaya masyarakat. Pada
era tahun 1980-an, lahir pula perusahaan konsultan PR, yang kiprahmya sebagian
besar di ibukota Jakarta
Sejatinya
kegiatan PR adalah mediator yang menjembatani kepentingan organisasi,
perusahaan atau lembaga dengan publiknya yang terkait dengan kegiatan PR itu
sendiri. Berbagai aktivitas senantiasa menciptakan, menjaga, dan meningkatkan
citra yang positif. Setelah terjadinya revolusi industri, masalah yang dihadapi
oleh lembaga ekonomi, bisnis, sosial dan politik adalah masalah hubungan
(relationship). Permasalahananya berkisar pada pertanyaan bagaimana membangun
dan mengembangkan hubungan-hubungan yang baik antara lembaga-lembaga tersebut
dengan publik mereka demi tercapainya tujuan lembaga, organisasi atau
perusahaan (dalam Soemirat dan Ardianto, F. Rachmadi: 2008)
Seiring kemajuan
tekonologi informasi saat ini, PR akan dihadapkan dengan tantangan-tantangan
yang siap tidak siap harus dijalaninya demi kemajuan suatu perusahaan. Kemajuan
teknologi ini memberikan peluang-peluang dan tantangan-tantangan bagi PR.
Praktisi PR harus mengetahui dan mengidentifikasi berbagai alat baru untuk
berkomunikasi dengan publik-publik yang menjadi targetnya. Teknologi baru
secara signifikan berkontribusi untuk semua proses PR seperti, riset,
perencanaan, komunikasi dan evaluasi.
Dalam
penggunaan teknologi informasi, praktisi PR harus bisa mengoptimalkan penggunaan internet seperti menciptakan homepage dan
menyempurnakannya setiap hari, membuat iklan, mendesain brosur, menaruh
cerita-cerita yang relevan dengan perkembangan bisnis perusahaan, menulis
ceramah, mengkoordinasikan event atau seminar, merencanakan dan
menjalankan sales meeting. Tidak hanya itu PR harus cermat dalam membaca
situasi dan kondisi politik dan keamanan suatu negara. Karena tantangan
terberat bagi praktisi PR di masa yang akan datang adalah perannya sebagai
pengelola dan pendamai sistem nilai, kepercayaan dan ideologi perusahaan dengan
lingkungan sekitarnya. Kemudian praktisi PR dituntut untuk memfokuskan diri
pada strategi komunikasi dan pemberi saran pada hal-hal yang signifikan seperti
nilai-nilai dan kultur yang di anut masyarakat.
Tantangan
PR selanjutnya ialah penguasaan bahasa asing selain bahasa Inggris, mempelajari hal-hal
penting bagi perusahaan yang bermacam-macam, meningkatkan pengetahuan
internasional dengan melakukan perjalanan ke luar negeri yang cukup sering,
menjalin relasi dengan orang-orang dari berbagai macam kultur dan negara.
sehingga PR dapat lebih peka terhadap nuansa multikultural dan internasional
yang melingkupi publik perusahaan. Dengan tujuan PR itu sendiri yakni terbangunnya
citra yang baik terhadap suatu perusahaan/organisasi dengan menggunakan segala
media yang dianggap sesuai dengan publiknya dalam menyampaikan informasi atau
pesan yang diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar